WEBSITE SEBAGAI “RUMAH DIGITAL”
DAFTAR ISI
Beberapa Software dan Aplikasi Praktis
Bacaan Alkitab Setahun (Santapan Iman Harian Kenneth Hagin): KLIK
Firman Iman (Renungan Harian Joseph Prince): KLIK
Prof. Rolles Palilingan (Blended Learning): KLIK
=======
WEBSIT SEBAGAI “RUMAH DIGITAL” DALAM PELAYANAN GEREJA DAN LEMBAGA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Rolles Palilingan
(Guru Besar Fisika Lingkungan Jurusan Fisika FMIPA Unima)
Inti Materi
Penerapan Revolusi industri 4.0 ditandai dengan kecepatan pemrosesan data dan ketersediaan informasi dalam berbagai sektor. Pemerintah Indonesia sendiri, dengan menerapkan revolusi industri 4.0, menargetkan bahwa di tahun 2030 Ekonomi Indonesia akan masuk di 10 besar dunia. Oleh karena itu, sebagaimana yang dikemukakan Angela Merkel (2014), Kanselir Jerman, dibutuhkan transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional
Sudah tentu Gereja dan Lembaga Pelayanan harus juga beradaptasi dengan penerapan Revolusi Industri 4.0 ini. Untuk dapat beradaptasi dengan baik, maka Gereja dan Lembaga Pelayanan membutuhkan sumber daya manusia yang menguasai Teknologi Digital atau sumber daya yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi. Secara praktis, keahlian di bidang ini tentu terarah pada pemrograman untuk pembuatan aplikasi atau website yang akan menjadi “rumah digital” untuk berbagai manfaat.
Tentu akan baik, dan disarankan, bila Gereja dan Lembaga Pelayanan, dan juga secara pribadi sebagai Hamba Tuhan, memiliki SDM di bidang IT. Akan tetapi biasanya sudah tersedia layanan aplikasi atau software, yang merupakan produk dari pilar teknologi utama Revolusi Industri 4.0. Aplikasi atau software, yang kita butuhkan, sudah dirancang oleh ahli-ahli pemrograman, sangat praktis, aman dan mudah untuk digunakan. Jadi tidak ada salahnya Gereja dan Lembaga Pelayanan untuk menjadi pengguna berbagai aplikasi yang dibutuhkan dan ditangani oleh tim yang terdiri dari orang-orang berlatar belakang IT sehingga cepat beradaptasi dalam penggunaannya.
Dengan adanya website sebagai “Rumah Digital” kita akan menjadi lebih mudah, cepat dan efektif dalam melayani Tuhan sebagai Gereja, Lembaga dan sebagai pribadi hamba Tuhan di era Revolusi Industri 4.0.
Pendahuluan
Menurut Kanselir Jerman, Angela Merkel (2014) revolusi industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Kemudian, menurut Schlechtendahl dkk (2015) pengertian revolusi industri menekankan kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi, yakni lingkungan industri di mana seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain. Sehingga, revolusi industri 4.0 adalah era industri di mana seluruh entitas yang ada di dalamnya dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan CPS (Cyber Physical System) guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru. ( https://finance.detik.com/industri/d-5313643/apa-itu-revolusi-industri-40-dan-contohnya )
Penerapan Revaluasi industri 4.0 ditandai dengan kecepatan pemrosesan data dan ketersediaan informasi. Sementara Tujuan dari program revolusi industri 4.0 sendiri untuk mendorong ekonomi Indonesia masuk ke dalam 10 besar dunia di tahun 2030. Sebab, program ini bisa meningkatkan produksi hingga ekspor. Oleh karena itu di dalam website KEMENKOMINFO terpampang kalimat: “Indonesia Menuju Transformasi Digital”
Dalam konteks sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka Gereja maupun Lembaga Pelayanan harus juga beradaptasi terhadap penerapan Industri 4.0 tersebut.
Dalam situs KEMENPAREKRAF (https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Sekolah-Coding-Kunci-Sukses-Revolusi-Industri-4.0 )dikemukakan bahwa kunci untuk Revolusi Industri 4.0 adalah sekolah coding. Secara paralel, kemajuan perkembangan subsektor aplikasi dan pengembang permainan juga dipicu semakin banyaknya kemunculan sekolah coding di Indonesia. Sekolah informal ini bertujuan untuk mempelajari pemrograman untuk pembuatan aplikasi atau website sebagai “rumah digital” untuk berbagai manfaat. Sekolah coding diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas dalam digitalisasi. Sekadar ilustrasi, guna mendukung 1.000 startup di Indonesia, maka sekurangnya dibutuhkan sekitar 100.000 programmer. Di negara-negara tetangga bahkan kegiatan belajar coding sudah dilakukan di sekolah formal. Misalnya di Singapura, yang mulai menjadikan coding sebagai kurikulum wajib bagi siswa sekolah dasar (SD). Di Indonesia meski coding belum menjadi mata pelajaran wajib untuk siswa di sekolah, pemerintah sudah mulai menyelenggarakan sekolah coding gratis. Salah satunya adalah sekolah coding L’Academie yang bekerja sama dengan perusahaan Prancis. Keberadaan sekolah coding gratis diharapkan dapat melahirkan banyak SDM berkualitas di Indonesia. Sekolah coding gratis tersebut telah diikuti 150 peserta didik yang akan mengikuti program pembelajaran selama tiga tahun. Ke depan, sekolah coding menjadi kunci sukses Revolusi Industri 4.0.
Teknologi Pilar Utama
Menurut situs KEMENKOMINFOR, Dalam Revolusi Industri 4.0, setidaknya ada lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud Computing dan Additive Manufacturing.
1. Internet of Things (IoT)
IoT merupakan sistem yang menggunakan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin digital dalam satu keterhubungan (interrelated connection) untuk menjalankan fungsinya melalui komunikasi data pada jaringan internet tanpa memerlukan interaksi antarmanusia atau interaksi manusia dan komputer. Sistem IoT mengintegrasikan empat komponen, yaitu: perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna.
Contoh aplikasi IoT di Indonesia: Gowes (IoT untuk bike sharing), eFishery (IoT pemberi pakan ikan otomatis), Qlue (IoT untuk smart city), dan Hara (IoT untuk pangan dan pertanian).
2. Big Data
Big Data adalah istilah yang menggambarkan volume besar data, baik
terstruktur maupun tidak terstruktur. Namun bukan jumlah data yang penting,
melainkan apa yang dilakukan organisasi terhadap data. Big Data dapat
dianalisis untuk pengambilan keputusan maupun strategi bisnis yang lebih
baik. Penyedia Layanan Big Data Indonesia, antara lain:
a. Sonar Platform;
b. Paques Platform;
c. Warung Data;
d. Dattabot.
3. Artificial Intelligence (AI)
AI merupakan sebuah teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia dan bisa diatur sesuai keinginan manusia. AI bekerja dengan mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Aplikasi chatbot dan pengenalan wajah (face recognition) merupakan salah satu contoh penerapan AI.
4. Cloud Computing
Komputasi awan (cloud computing) adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi, dimana pengguna komputer diberikan hak akses (login) menggunakan cloud untuk dapat mengkonfigurasi peladen (server) melalui internet. Contohnya, hosting situs web berbentuk peladen virtual. Ada tiga jenis model layanan dari komputasi awan, yaitu:
1) Cloud Software as a Service (SaaS), layanan untuk menggunakan aplikasi yang telah disediakan oleh infrastruktur awan;
2) Cloud Platform as a Service (PaaS), layanan untuk menggunakan platform yang telah disediakan, sehingga pengembang hanya fokus pada pengembangan aplikasi;
3) Infrastructure as a Service (IaaS), layanan untuk menggunakan infrastruktur yang telah disediakan, dimana konsumen dapat memproses, menyimpanan, berjaringan, dan memakai sumber daya komputasi lain yang diperlukan oleh aplikasi. Produk-produk cloud computing di Indonesia:
a. K-Cloud;
b. CloudKilat;
c. Dewaweb;
d. IDCloudHost;
e. FreeCloud.
5. Additive Manufacturing
Additive manufacturing merupakan terobosan baru di industri manufaktur dengan memanfaatkan mesin pencetak 3D atau sering dikenal dengan istilah 3D printing. Gambar desain digital yang telah dibuat diwujudkan menjadi benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan desain sebenarnya atau dengan skala tertentu. Teknologi additive manufacturing mampu memproduksi lebih banyak desain dan memproduksi barang yang tidak bisa dibuat dengan teknologi manufaktur tradisional.
Beberapa Software dan Aplikasi Praktis
Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa secara praktis dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0, organisasi (dalam konteks ini tentu Gereja dan Lembaga Pelayanan) maupun pribadi (pendeta atau hamba Tuhan) harus mempersiapkan apa yang disebut “Rumah Digital” berupa website atau aplikasi untuk berbagai manfaat. Dalam konteks inilah kita harus dapat mengubahmindset kita dari bekerja secara konvensional ke digital. Bila kita sudah dapat mengubah mindset kita maka secara otomatis kita akan memiliki dorongan yang kuat untuk mempelajari software atau aplikasi yang kita butuhkan dalam pekerjaan pelayanan. Demikian juga, kita akan terdorong untuk memanfaatkan tenaga-tenaga yang berlatar belakang IT atau yang memiliki keahlian di bidang Coding atau Pemrograman.
Berikut ini diberikan beberapa software atau aplikasi yang mungkin saja sudah sering kita gunakan dan merupakan produk dari pilar teknologi utama Revolusi Industri 4.0 sebagaimana dikemukakan di atas. Hanya diberikan beberapa yang terkait dengan aplikasi praktis yang akan diberikan atau dipaparkan yaitu:
Beberapa Contoh Praktis
Berikut ini saya akan memberikan beberapa contoh praktis tentang “Rumah Digital” berdasarkan pengalaman:
Comments
Post a Comment